iinaza

Pelepas penatku di dunia maya

TABULIN, ANDAIKAN SETIAP IBU HAMIL MEMILIKINYA….

Posted by iindepok pada Oktober 27, 2009

Hampir 3 tahun sudah Kota Depok menjalankan program kelurahan siaga. Tetapi berdasarkan pengamatan penulis sepertinya hanya sebagian masyarakat yang memahami maknanya. Tulisan berikut ini adalah murni opini dari penulis sebagai pihak yang selalu berkecimpung dalam masalah pengembangan kelurahan siaga.

Menurut definisinya, kelurahan siaga adalah suatu kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemauan dan kemampuan dalam hal mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan di wilayahnya dan mampu menanggulangi kegawatdaruratan medis dan bencana secara mandiri atau sesuai dengan visi departemen kesehatan yaitu memandirikan masyarakat untuk Sehat. Jadi berdasarkan definisinya Siaga berarti masyarakat diharuskan mandiri dalam segi promotif, preventif, dan kuratif (dalam hal biaya kesehatan). Tetapi sepertinya masih banyak masyarakat yang belum mandiri dalam hal tersebut diatas.

Kali ini penulis akan lebih banyak membahas kemandirian masyarakat dalam hal pembiayaan kesehatan. Penulis ingin lebih memperdalam pembahasannya berdasarkan fenomena yang sering penulis temui sehari hari di puskesmas tempat penulis bertugas. Perlu diketahui sebelumnya bahwa diasamping fasilitas Jamkesmas untuk membebaskan biaya bagi warga tidak mampu yang akan berobat di fasilitas kesehatan, kota Depok juga memberikan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) bagi warga miskin yang tidak mempunyai Jamkesmas tapi harus dirawat di RS. Dengan adanya SKTM ini banyak warga miskin yang sangat terbantu, tetapi yang sangat disayangkan adalah masyarakat baik itu tidak mampu, kurang mampu maupun yang sebenarnya ‘mampu’ akhirnya hanya mengandalkan SKTM jika mereka nanti dirawat di RS.

Dalam konsep siaga ada yang dinamakan Tabulin (Tabungan Ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Bersalin). Tabulin berarti Tabungan yang dikumpulkan oleh si Ibu bersalin itu sendiri atau keluarganya dari sejak awal kehamilan untuk memenuhi biaya persalinannya kelak di fasilitas kesehatan. Menurut penulis, Tabulin merupakan penerapan konsep siaga yang paling dasar, karena kalau seorang ibu hamil maupun seorang suami sudah mempersiapkan biaya persalinan sejak awal kehamilan melalui Tabulin berarti paling tidak dia sudah menerapkan konsep ‘siaga’ untuk dirinya sendiri. Seperti yang AA Gym bilang bahwa segala kebaikan harus menerapkan konsep 3M : Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang terkecil, dan mulai saat ini juga. Maka apabila setiap ibu hamil dan keluarganya sudah “bersiaga” untuk dirinya sendiri barulah mereka akan bersiaga untuk orang lain dan untuk masalah yang lebih besar nantinya.

Kembali ke pembahasan Tabulin, berdasarkan pengamatan penulis hampir 90% ibu hamil yang penulis temui tidak memiliki Tabulin dengan berbagai alasan antara lain : Pertama, Tidak ada uang yang bisa disisihkan dari penghasilannya karena buat makan dan memenuhi kebutuhan sehari hari saja sudah mepet. Kedua, menganggap tabungan untuk biaya persalinan tidaklah penting Karena toh ada SKTM yang bisa meringankan biaya persalinan mereka. Ketiga, mereka yakin akan melahirkan secara normal dan tidak akan mengalami komplikasi dan pasti biayanya murah.

Untuk alasan yang pertama memang tidak bisa kita pungkiri bahwa mereka memang benar2 orang yang tidak mampu dan memang tidak ada uang yang bias mereka sisihkan, tetapi bukan berarti tidak ada solusi bagi persiapan biaya persalinan mereka. Dalam masalah ini maka kader dan tokoh masyarakat setempat sangat dibutuhkan peranannya melalui pengumpulan Dasolin. Misalnya melalui acara-acara pengajian atau arisan tokoh agama dan tokoh masyarakat mengajak pesertanya untuk mengumpulkan dana membantu mempersiapkan biaya persalinan si ibu ”A” yang memang semua warga sudah tahu dengan kondisi ekonominya. Misalnya pesertanya ada 50 orang dan setiap orang mengeluarkan Rp.1000 setiap bulannya maka sampai waktu persalinannya ibu ”A” sudah mempunyai Dasolin sebesar Rp.450.000 yang bisa digunakan untuk biaya persalinan di ibu bidan. Apabila hal ini sudah berjalan maka tidak ada lagi ibu hamil yang menggantungkan biaya persalinannya kepada pemerintah. Dan masyarakat yang demikian sudah bisa dikatakan sebagai masyarakat ”Siaga” dalam hal kuratif.

Untuk alasan yang kedua, salah satu solusinya adalah memperketat persyaratan untuk mendapatkan SKTM dan juga perlu dibuat aturan yang memaksa mereka harus menabung untuk biaya persalinannya. Misalnya bidan tempat si ibu melakukan ANC mewajibkan setiap ibu hamil yang periksa di tempat dia untuk menabung di ibu bidan dengan pengadministrasian yang baik dan bisa dipercaya.

Untuk alasan yang ketiga dibutuhkan peran tenaga kesehatan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan atau faktor resiko kehamilan si ibu sehingga bisa diberikan informasi sedini mungkin ke ibu hamil dan keluarganya bahwa nanti persalinannya harus melalui operasi atau tindakan lain. Sehingga ibu dan keluarganya juga akan sudah tahu bahwa persalinannya akan membutuhkan biaya yang besar dan akan mempersiapkannya.

So..Andaikan semua ibu hamil memiliki Tabulin, maka tidak akan ada lagi yang terbebani dengan biaya persalinan… Amiiin

9 Tanggapan to “TABULIN, ANDAIKAN SETIAP IBU HAMIL MEMILIKINYA….”

  1. edislamet said

    Wah menarik ya bu, betul juga jika keluarga peduli pada kehamilan salah satu keluarganya pasti akan ringan.

    Saya dan teman2 (kebetulan kami membuat sekolah gratis dengan barang bekas) saat ini berpikir apakah mungkin ya masyarakat mengumpulkan barang bekas dan sampah-sampah kering (sebagai tabungan) mereka. Jika memang mengumpulkan uang juga tidak sanggup.

    Jika diperbesar dan massal dan kontinyu (ya seprti polis asuransi lah kira-kira) sebagai tabungan sosial, sangat mungkin akan menjadi daya dorong yang besar untuk asuransi kehamilan kayaknya. tentunya mesti harus dicarikan alternatif pelayanan yang lebih efisien dan murah dari pihak ke tiga….

    @edi slamet : wah bagus juga idenya.. tetapi tentunya harus ada yang memulai dan butuh dukungan dari banyak pihak..

  2. sadrina said

    sayangnya upaya tabulin ini kurang dipedulikan oleh ibu hamil dan keluarganya. paddahal betapa penting mempersiapkan kelahiran yang aman,dengan begitu akan membantu mencegah ibu untuk bersalin didukun. kematian ibu dan bayi juga mungkin menurun. tetapi dengan adanya jamkesmas,jamkesda atau apalah namanya, banyak yang mengampangkan karena bisa memperoleh pertolongan gratis. andai orang indonesia berpikir selangkah lebih maju, tentu indonesia akan lebih baik.

    @Sadrina : ya itu lah, msh bnyak orang yg manggantungkan nasibnya pada org lain..

  3. yuyosi said

    agar tabulin berjalan dengan lancar bidan PTT hares lebih aktif lagi terhadap masyarakat setempat, terutama pd bumil, adakan kunjungan kerumah2 warga khusus nya pd bumil,dan jelaskan tujuan kenapa adanya tabulin di buat,,
    setiap bidan PTT wajib mengutip dana minimal 1 hari 1000 rupiah perharinya n di tabung untuk keperluan bumil…
    dgn cara menggunjunggi bumil kerumah2..

  4. saya setuju dgn pendapat yuyosi…
    bidan yg sudah ditempatkan di suatu daerah wajib melakukan pendekatan diri pada warga dan mengajak warga agar mau menabung…

    dri mahasiswa stikes sumut medan

  5. fitri napitupulu said

    saya tertarik dgn pembahasan ini.
    kalau masalah tabulin di bahas lebih dalam lagi, pasti menarik…

  6. ocha'mby said

    sayangnya tidak semua desa memiliki bidan, karena di beberapa desa terpencil yang saya temui adalah tidak aktif layanan kesehatan bagi masyarakat, bidan tidak pernah berkunjung di desa tersebut sekalipun di sana telah dibangun Pustu/Puskesmas. lebih parahnya tidak pernah ada immunisasi selama 3-5 tahun terakhir, sungguh tragis yah……

  7. intan said

    saya setuju dengan ada ya tabulin,,,
    Tp msh jarang di lakukan oleh bidan desa

  8. intan kutacane said

    ok bgt blog ya

  9. Sekarang saya lagi praktikum di desa dalam menganalisis program/ kebijakan DASOLIN, yang saya dapatkan dilapangan, ternyata DASOLIN itu sudah banyak tidak berjalan dikarenakan banyaknya program dari pemerintah mengenai kesehatan, khususnya ibu bersalin salah satu contohnya JAMPERSAL, seakan-akan pemerintah ini memanjakan masyarakat, sehingga masyarakat ini terbuai dan selalu mengharapkan yang namanya bantuan (GRATIS), pemerintah tidak mengharapkan masyarakatnya berpikir produktif.

Tinggalkan komentar